Sabtu, 10 Mei 2014

Surabaya Selalu Menawarkan Cerita

Kita berencana untuk datang ke pernikahan seorang teman di Pandaan dan aku senang. Bayangan berdua denganmu di atas sepeda dari Surabaya hingga Pandaan membuatku bahagia dan tak sabar menanti hari H. Sebulan sebelum keberangkatan kita, aku dengan antusias memesan tanggal cuti di kantor. Tidak bisa diganggu gugat, hehehe..
Akhirnya, aku pun memesan tiket KA jurusan Purwokerto jam 05.10. Berangkatlah saya, hehehe.. Serius, semalam sebelumnya aku masih berkutat dengan tugas kantor hingga jam 11 malam. Jam 12 baru istirahat lalu jam 03.30 bersiap berangkat. Seperti kali pertama kita bertemu, perutku mendadak mulas serasa diare. Grogi banget mbayangin kita ketemu. Setelah melewati beberapa peristiwa, setelah aku selesai urusan di Unesa, aku langsung ke tempatmu. PENS. Selama perjalanan aku banyak mengkhayal akan jadi apa cerita kita kali ini. 
Menunggumu di masjid Minarul Minin - ITS - serasa menunggu pacar. Kamu sedang donor dan aku semakin kagum. Hhhh...
Akhirnya kamu tiba tepat di depanku, membuka helm dan aku tetap terpesona bahkan semakin terpesona. Percaya tidak percaya, jantungku berdegub kencang. Entah apa kata orang, yang jelas itu rasaku. Kita pun pergi. Ingin rasanya memelukmu dari belakang, seperti dulu (^.^)
Kunikmati perjalanan kita, kedamaian yang lama hilang. Meski kutahu kita tak akan pernah lagi menjalin kisah cinta, setidaknya ijinkan aku melihat senyummu. Bercanda tawa denganmu membuatku enggan berdiri dari kursi tempat kita berhadapan menghabiskan makan siang. Setelah makan kita langsung ke toko boneka. Memilih boneka yang tujuan awalnya adalah untuk kado pernikahan. Namun aku benar2 berharap kado itu tidak jadi berangkat dan akan kumiliki boneka itu. Kenangan memilih bersamamu dan diantar olehmu mungkin akan membuat boneka itu menjadi boneka kesayanganku, hahahaha...
Ternyata benar!! Kita nggak jadi berangkat. Jam 10 malam kamu telepon aku. Seneng rasanya mendengar suaramu sebelum tidur. Entahlah, keberadaan cinta di hati untukmu masih belum bisa kuhilangkan sepenuhnya. Meski banyak pihak yang mengatakan bahwa tidak cocok. Untuk membayar rasa bersalahmu, kamu menawarkan untuk mengantarku ke terminal. Siapa yang tidak bahagia? Jaman aku masih menjadi pasanganmu, jangankan santai berdua, mengantarku ke terminal saja kamu meminta tolong pada teman. Jaman kita masih bersama, canda kita tak selepas kemarin. Namun aku suka. Aneh bukan..?? >.<
Jangan tanya aku mengapa bisa demikian. Yang aku harap hanya rasa cinta ini segera berakhir untukmu jika memang kita tak berjodoh. Karena aku pun ingin bahagia meski tak bersamamu...
Kini aku tahu rasanya melepas dengan berat hati...

Senin, 31 Maret 2014

Tragedi 3 Maret 2014

Hari ini, aku menawarkan seorang teman untuk menjadi follower blog milikku. Sebab itulah aku ingat aku masih belum sempat menuliskan sejarah kita selama hampir setengah tahun. Jika menurutmu kita telah berpisah sejak Mei 2013, maka bagiku 3 Maret 2014 adalah tanggal resmi kita putus. Apa yang terjadi selama rentang waktu Mei 2013 hingga 3 Maret 2014? Rentang waktu itu kuhabiskan dengan mengenangmu sekaligus menyembuhkan luka di hati yang tak kunjung mengering.
Aku melalui masa-masa sulit, ada saat aku ingin berbagi denganmu namun harus segera kutepis keinginan itu. "Dia sudah banyak masalah, gak mungkin aku menambah beban pikirannya dengan adanya masalahku." begitu pikirku.

Selain itu pula aku tengah berjuang melawan segala arus tentang Avan (nama kesayangan skripsiku). DAri kisah paling miris hingga momen membahagiakan, rasanya ingin kubagi denganmu. Namun tidak aku lakukan. Aku hanya bercerita pada sebongkah boneka, megkhayalkan bahwa itu kamu. :D

Tiba-tiba terlintas dalam ingatanku tentang kado ulang tahun untukmu tahun lalu yang belum sempat aku berikan padamu. Entah mengapa aku begitu yakin dapat memberikannya langsung berhadapan denganmu, hingga akhirnya kubungkus kado itu walaupun aku tidak tahu kapan aku akan bertemu denganmu.

Tuhan mendengar doaku. Selesai berurusan dengan urusan wisuda, aku berangkat ke Surabaya. Awalnya aku ingin di Surabaya selama beberapa hari juga di Malang beberapa. Namun rencana itu gagal karena temanku ingin ikut. Dia pikir aku hanya ingin bermain, namun sebenarnya aku ingin ke Universitas tujuanku. Kubiarkan saja dia ikut, tak pernah menyangka bahwa keikutsertaannya akan membatalkan banyak rencanaku.
Lain cerita lagi, aku telah memastikan untuk diriku sendiri bahwa pertemuan kita adalah wajib. Kuminta kamu datang ke tempat, namun karena terlalu jauh dari posisi kita masing-masing, akhirnya kamu menetapkan tempat bertemu, MARINE PLASA. Kutunggu kehadiranmu dengan jantung berdegub, seolah itu adalah kencan pertama kita. 15 menit menunggu akhirnya kamu datang, membawa segerombol pasukan. Mereka tersenyum jenaka saat melihat kita bersama, aku malu *^.^*
Setelah basa-basi banyak, akhirnya kita sampai di titik fokus.
Kuserahkan kado buatanku.
Aku : "Ini kado untuk pean."
Kamu : "Kayaknya kado ini bukan untuk aku lagi." (kamu nggak tau kalo ado itu ada fotomu. terus kalo nggak buat kamu buat siapa cobaaaa... -_-")
Aku : "Udah, terima aja. Ini buatanku loh. Pokok keliatan aku udah diterima pean. Masalah nanti mau pean buang atau disimpan ya urusan pean." (saat aku mengatakan ini, serius rasanya ndak enak banget. Serasa pengen nangis >.<)
Kamu : " Ok, aku terima ya.. makasih."
Aku : "Iya, sama2..."
Lama suasana hening, sampe kamu pamit mau pulang. Tapi rupanya badanku menunjukkan apa yang ingin aku lakukan. Kamu sadar hal itu.
Kamu : "Ayo kalo ada yang mau ditanya atau diomongin. Aku tunggu."
Aku cuma menatap matamu, berusaha mencari kekuatan di sana. Kuhela napas panjang berkali-kali. 
Aku : "Putusin aku sekarang donk."
Kamu : "Hah? Kan udah lama kita putus."
Aku : "Iya, tapi buat aku itu nggak sip. Waktu itu kan pean minta putus aku ndak mau tapi selang beberapa hari aku putusin pean dan nggak ada pernyataan dari pean."
Kamu : "Aku boleh jelasin kenapa kayak gitu?"

Aku mengangguk dan kamu menjelaskan situasimu saat itu, mungkin kamu kesulitan menghubungiku. Namun aku tetap kecewa karena kamu tidak berusaha untuk menemui aku, mencari tahu keberadaanku, bahkan walau sekadar menanyakan nomorku pada teman-temanmu yang kukenal juga. Ingin rasanya saat itu aku marah dan menangis. Menangis karena selama bersamamu aku tak pernah mendapatkan perlakuan khusus darimu. Lagi-lagi aku hanya diam dan berusaha tersenyum. Dengan menahan tangis aku berusaha setegar karang.

Kamu : "Maaf, aku nggak bisa lagi kembali ndek pean." ujarmu yang hanya kujawab dengan anggukan.


Selesai adegan itu, masih ada tiga hari waktuku untuk berkeliling yang rencananya ke Malang dan Blitar.
Malam hari setelah adegan itu, aku diare dan demam. Hingga dua hari berturu-turut, diareku masih belum sembuh. Diare yang disebabkan stress berlebihan, bukan karena salah makan. (T.T)