Senin, 31 Maret 2014

Tragedi 3 Maret 2014

Hari ini, aku menawarkan seorang teman untuk menjadi follower blog milikku. Sebab itulah aku ingat aku masih belum sempat menuliskan sejarah kita selama hampir setengah tahun. Jika menurutmu kita telah berpisah sejak Mei 2013, maka bagiku 3 Maret 2014 adalah tanggal resmi kita putus. Apa yang terjadi selama rentang waktu Mei 2013 hingga 3 Maret 2014? Rentang waktu itu kuhabiskan dengan mengenangmu sekaligus menyembuhkan luka di hati yang tak kunjung mengering.
Aku melalui masa-masa sulit, ada saat aku ingin berbagi denganmu namun harus segera kutepis keinginan itu. "Dia sudah banyak masalah, gak mungkin aku menambah beban pikirannya dengan adanya masalahku." begitu pikirku.

Selain itu pula aku tengah berjuang melawan segala arus tentang Avan (nama kesayangan skripsiku). DAri kisah paling miris hingga momen membahagiakan, rasanya ingin kubagi denganmu. Namun tidak aku lakukan. Aku hanya bercerita pada sebongkah boneka, megkhayalkan bahwa itu kamu. :D

Tiba-tiba terlintas dalam ingatanku tentang kado ulang tahun untukmu tahun lalu yang belum sempat aku berikan padamu. Entah mengapa aku begitu yakin dapat memberikannya langsung berhadapan denganmu, hingga akhirnya kubungkus kado itu walaupun aku tidak tahu kapan aku akan bertemu denganmu.

Tuhan mendengar doaku. Selesai berurusan dengan urusan wisuda, aku berangkat ke Surabaya. Awalnya aku ingin di Surabaya selama beberapa hari juga di Malang beberapa. Namun rencana itu gagal karena temanku ingin ikut. Dia pikir aku hanya ingin bermain, namun sebenarnya aku ingin ke Universitas tujuanku. Kubiarkan saja dia ikut, tak pernah menyangka bahwa keikutsertaannya akan membatalkan banyak rencanaku.
Lain cerita lagi, aku telah memastikan untuk diriku sendiri bahwa pertemuan kita adalah wajib. Kuminta kamu datang ke tempat, namun karena terlalu jauh dari posisi kita masing-masing, akhirnya kamu menetapkan tempat bertemu, MARINE PLASA. Kutunggu kehadiranmu dengan jantung berdegub, seolah itu adalah kencan pertama kita. 15 menit menunggu akhirnya kamu datang, membawa segerombol pasukan. Mereka tersenyum jenaka saat melihat kita bersama, aku malu *^.^*
Setelah basa-basi banyak, akhirnya kita sampai di titik fokus.
Kuserahkan kado buatanku.
Aku : "Ini kado untuk pean."
Kamu : "Kayaknya kado ini bukan untuk aku lagi." (kamu nggak tau kalo ado itu ada fotomu. terus kalo nggak buat kamu buat siapa cobaaaa... -_-")
Aku : "Udah, terima aja. Ini buatanku loh. Pokok keliatan aku udah diterima pean. Masalah nanti mau pean buang atau disimpan ya urusan pean." (saat aku mengatakan ini, serius rasanya ndak enak banget. Serasa pengen nangis >.<)
Kamu : " Ok, aku terima ya.. makasih."
Aku : "Iya, sama2..."
Lama suasana hening, sampe kamu pamit mau pulang. Tapi rupanya badanku menunjukkan apa yang ingin aku lakukan. Kamu sadar hal itu.
Kamu : "Ayo kalo ada yang mau ditanya atau diomongin. Aku tunggu."
Aku cuma menatap matamu, berusaha mencari kekuatan di sana. Kuhela napas panjang berkali-kali. 
Aku : "Putusin aku sekarang donk."
Kamu : "Hah? Kan udah lama kita putus."
Aku : "Iya, tapi buat aku itu nggak sip. Waktu itu kan pean minta putus aku ndak mau tapi selang beberapa hari aku putusin pean dan nggak ada pernyataan dari pean."
Kamu : "Aku boleh jelasin kenapa kayak gitu?"

Aku mengangguk dan kamu menjelaskan situasimu saat itu, mungkin kamu kesulitan menghubungiku. Namun aku tetap kecewa karena kamu tidak berusaha untuk menemui aku, mencari tahu keberadaanku, bahkan walau sekadar menanyakan nomorku pada teman-temanmu yang kukenal juga. Ingin rasanya saat itu aku marah dan menangis. Menangis karena selama bersamamu aku tak pernah mendapatkan perlakuan khusus darimu. Lagi-lagi aku hanya diam dan berusaha tersenyum. Dengan menahan tangis aku berusaha setegar karang.

Kamu : "Maaf, aku nggak bisa lagi kembali ndek pean." ujarmu yang hanya kujawab dengan anggukan.


Selesai adegan itu, masih ada tiga hari waktuku untuk berkeliling yang rencananya ke Malang dan Blitar.
Malam hari setelah adegan itu, aku diare dan demam. Hingga dua hari berturu-turut, diareku masih belum sembuh. Diare yang disebabkan stress berlebihan, bukan karena salah makan. (T.T)