Jumat, 04 Oktober 2013

Mimpi Semalam

Semalam aku bermimpi bertemu dengan teman kita, temanmu yang kau kenalkan padaku. Seorang perempuan baik hati, ceria, penuh canda, dan perhatian. Aku suka berteman dengannya, ada ketulusan di matanya. Aku rindu bertatap muka dengannya. Entahlah, mungkin aku bermimpi karena aku merindukannya atau karena aku memikirkanmu tiada henti.
Dalam mimpi diceritakan aku bertandang ke kota perantauanmu, bertemu dengan dia di dalam bus kota. Tujuanku adalah kebun binatang dan entah kemana tujuannya. Kami bercerita tentang banyak hal di sana. Hingga percakapan kami berhenti pada satu topik, tak berlanjut ke topik lain. Topik itu adalah tentang kamu. Dia menanyakan mengapa kita berpisah, aku menangis tersedu di pundaknya, tidak peduli sekitar kami. Lucunya, kondektur tanpa ragu meminta karcis pada kami. Padahal kami sedang adegan mellow saat itu.
Dia menepuk bahuku seraya berkata, "Sebenarnya (menyebut namamu) sudah menyadari kesalahannya. Namun entah mengapa dia memutuskan untuk berpisah dengan kamu. Hatinya masih bersama kamu." Setelah itu aku turun dari bus dan mencari kebun binatang dengan bingung.
Ketika dia mengatakan itu, aku sangat bahagia. Seakan ada harapan untuk kembali bersamamu. Bahagia itu terbawa hingga aku terbangun, membuat suasana hatiku sangat bahagia. Walau aku sadar itu semua hanya mimpi. Kembali padamu sama seperti mimpi, bahagia hanya sesaat setelah itu luka karena sadar di alam nyata kamu bukanlah untukku.

Sekarang, pertanyaan untuk hatiku sendiri. Sampai kapan aku akan menyimpan luka ini? Sampai kapan luka ini akan menghilang tanpa bekas?
Pertanyaan itu tak sanggup kujawab, biarkan waktu yang menjawab.
Sementara aku berusaha untuk membuka hati untuk cinta manapun. Tak lagi menutup pintunya seperti sebelum ini. Aku tengah berusaha. Berusaha....

Senin, 23 September 2013

Mengingatmu (Lagi)

Merindukan kamu saat ini masih saja menyisakan sesak di dada. Berkali-kali aku mengunjungi kota perantauanmu, dalam hati aku berharap kita dapat bertemu, bertegur sapa, dan mungkin mengulang kisah kita. Namun aku segera menepis keinginan itu mengingat aku tak penting bagimu. Mengingat mungkin kamu telah bersama yang lain. Bersama idamanmu, bersama seseorang yang mengerti seutuhnya tentang kesibukanmu. Aku hanyalah manusia penuh ego, tak sanggup menahan keinginan untuk dimengerti olehmu. Namun apakah aku salah jika saat itu aku membutuhkan semangat dari orang yang aku sayangi. Apakah aku salah jika aku mencari kekuatan di sana, darimu? 
Kado ulang tahunmu masih tersimpan rapi di kamarku meski kini letaknya kupindah menjadi di atas lemari. itu kulakukan karena tak ingin melihatnya berkali-kali setiap kali aku memasuki kamar. Ingin rasanya memberikan kado itu padamu. Namun (LAGI) berat rasanya bertemu denganmu. 
Dulu, kehilanganmu aku membutuhkan waktu setahun untuk menyembuhkan hati yang luka. Sekarang aku kembali kehilangmu, berapa lama lagi waktu yang aku butuhkan untuk lepas dari sakit ini, lepas untuk menerima cinta yang lain. Entahlah....
Ada banyak hal berat yang aku lalui setelah kita berpisah. Ada banyak perasaan yang ingin aku sampaikan padamu. Namun semua kusimpan sendiri. Saat sendiri seperti ini adalah saat yang paling aku hindari. Kupastikan aku mengingatmu, dan sakit. Hanya menghela napas panjang berkali-kali yang bisa kulakukan. 
Kamu, yang di sana.... Apa kabar? Jaga kesehatanmu di sela-sela kesibukanmu. Kudoakan semoga kita selalu diam seperti ini saja, supaya luka ini tetap ada meski lama untuk mengering. Kudoakan semoga kita tetap berada di jalan masing-masing supaya tidak ada lagi yang tersakiti. Semoga kamu segera (atau mungkin sudah) menemukan tambatan hati yang memahamimu sepenuhnya. 
Maaf selama aku mengenalmu, aku tak pernah membuatmu bahagia. 
To : M. A. N. A

Rabu, 31 Juli 2013

Posisi Kita

Entah kapan terakhir kita berkomunikasi. Bahkan hubungan kita tidak pernah mendapat perhatian darimu. Sampai saat ini tidak ada konfirmasi darimu langsung yang mengatakan bahwa kita berakhir. Memang kamu pernah mengatakan putus padaku, namun saat itu aku menolak dan kamu pun memberikan pilihan untuk break. Aku juga tidak segan untuk menolak itu, dan beberapa hari berikutnya adalah komunikasi searah yang aku lakukan. Sakit rasanya jika mengingat posisiku saat itu. Mungkin ini tidak penting bagimu. 
Dua hari yang lalu, tanpa sengaja postinganmu berada di posisi teratas di berandaku. Membuatku penasaran akan isinya. Kubaca, dan kuhela napas panjang. Tak percaya kau telah memiliki idaman lain. Idaman yang lebih sempurna. Lebih akrab denganmu. 
Kau tau? Aku cemburu. Aku marah. Aku kecewa. Sampai saat ini aku masih belum bisa membuka hati untuk yang lain sementara kamu sudah mendekati yang lain. Padaku kau bilang tidak pernah sempat bersenang-senang karena tuntutan tanggung jawab. Namun rupanya setelah berpisah denganmu, di detik-detik menjelang kegiatan sidang saja kau sempat bercanda tawa dengan perempuan lain walau hanya sebatas tulisan. Lalu siapa yang berlaku tidak adil?
Kuputuskan untuk memblokir jejaringmu dan kawan-kawanmu. Bukan bermaksud untuk memutus tali silahturahmi, hanya saja aku tengah menjaga hati ini. Hati yang semakin retak dan tidak terarah. Kau berhasil meruntuhkan kepercayaanku.
Posisi kita berada di pihak yang benar. Di matamu kamu lah yang benar, karena aku tidak pernah mengerti dengan kesibukanmu, di pihak ku adalah aku yang benar karena tidak ada wanita mana pun yang mau ditinggal pasangannya tanpa komunikasi sehari pun. Itu menunjukkan bahwa kehadiranku tidaklah penting bagimu.
Kuakui hati ini masih marah dan kecewa padamu. Benar-benar kututup rapat semua celah untukmu. Seperti yang aku katakan, tidak ada perasaan yang benar-benar bisa hilang, semua hanya mengkristal atau membeku. Kini, kristal itu tidak ingin lagi disentuh. Biarkan dia berada di dalam kaca pengaman dengan kode yang aku lupakan.
Kamu, selamat berbahagia karena telah lepas dariku. Tidak ada lagi pengganggu dalam hidupmu. Congrats..
:)
To : M.A.N.A

Minggu, 14 Juli 2013

14 Juli 2013

Hari ini, sengaja aku tidak sedikitpun memberikan ucapan padamu. Bukan, bukan karena aku marah, namun karena aku merasa ucapan dariku tidaklah penting bagimu, tak akan pengaruhnya ada ataupun tidak adanya ucapan dariku. Cukup berat hari ini aku lalui, di tengah aktivitas menjalani ibadah puasa, selalu saja bayanganmu hadir, mengingatkan bahwa hari ini adalah hari dimana seharusnya aku berada di sampingmu, memberikan sedikit kejutan seperti yang pernah aku rencanakan. Kado yang terbungkus sempurna pun belum sempat kukirimkan padamu. Mungkin kelak aku akan memberikannya dengan tanganku sendiri.
Hari ini, hari yang sangat berat untuk kulalui. Dalam hati kecil ingin rasanya melihat senyummu dan memelukmu sembari mengatakan, "Selamat ulang tahu, Sayang..." Namun aku sadar itu tidak akan terjadi. Ada banyak kesalahan yang aku buat hari ini. Pikiranku tidak menyatu dengan sempurna, hilang keping demi keping, tak mampu menangkap gelombang lain untuk direspon. Aku hanya membayangkan bagaimana bahagianya kamu mendapatkan ucapan bahkan (mungkin) kado istimewa dari dia yang selama ini kau puja. Sesak dada ini membayangkannya. Kamu tahu apa yang aku lakukan untuk menghindari itu semua? TIDUR. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Tapi rupanya dalam tidur pun aku masih saja merasa kecewa padamu, hingga pada akhirnya terbangun dengan perasaan yang sangat mengganggu.
Kecewa dengan sikapmu itu sudah biasa, bahkan di ujung hubungan kita, kau pun tidak memberikan kejelasan. Itukah caramu membunuh rasa ini? Sangat berhasil upayamu, rasa ini kian hilang dari hari ke hari. Maaf...
Aku sendiri tengah mempersiapkan hati untuk kelak menerima kenyataan bahwa kamu telah bersama yang lain. Mungkin sangat sakit kelak, karena itulah saat ini aku melindungi hatiku. Maaf jika aku terkesan jahat padamu, bukan maksudku untuk menyakiti hatimu tanpa sadar.
Ahh.. Mungkin kamu tidak merasa sakit hati dengan sikapku karena memang tidak ada pengaruhnya untuk kamu.. :)
Sudahlah, kisah kita cukup sampai di sana, biarkan semuanya semakin membeku. Aku tidak ingin menjadi pengganggu sepetri yang pernah kamu katakan. Biarkan semua begini walau pada suatu hari kelak aku akan datang menghampiriu berandamu, tanpa berminat sedikitpun masuk ke dalamnya, karena aku tahu di dalam sana telah ada penghuni baru yang nyaman bersama kehangatanmu... 
Cukup di sini saja aku mengucapkan dan mendoakan kamu di hari istimewamu.. Cukup aku dan Tuhan yang tahu... :)

Kamis, 04 Juli 2013

Logika Tentang Kita

Waaaahh...
Logikanya kita ini bukan lagi pasangan. Coba deh pikir, mana ada pasangan yang "menelantarkan" pasangannya sendiri..??
Percaya sih boleh aja, wajib malah. Tapi kalo los-losan..?? Sama aja pas masih jomblo. Nggak usah repot2 ngasi kabar, nggak usah ruwet minta ijin keluar sana sini, nggak repot ngasi tau mau keluar bareng siapa... Ya kan..?? >.<
Kamu sudah nggak bicara lama sekali. Terakhir kali entah kapan. Tapi kamu rajin buka FB.. Hhhh... Ada seseorang di sana yang menyemangati kamu kah..?? :)
Ya sudah, saya sudah berusaha untuk meyakinkan hati bahwa kita adalah jodoh, namun rupanya saya salah besar. Seharusnya saya tidak memberikan kesempatan hati ini untuk merasakan bahagia bersama kamu lagi. Aaahh... Itu sudah lewat. Sekarang adalah sekarang. Kita yang berpisah.
Kemarin aku sms kamu, nggak ada laporan terkirim. Aku coba hubungi ternyata nggak aktif. Aku tanya via FB juga nggak ada respon... Eeeehh.. Apa aku dialihkan yak di hape kamu? hehehe.. Ya sudah, nggak papa. Itu hak kamu... :)
Sekarang silahkan mau apa dengan kegiatan kamu. Saya sudah lelah dengan kegiatan saya di sini dan nggak mau lagi berpikir tentang kita. Sama seperti kamu yang gak mau lagi memikirkan tentang kita. :)
Logikanya, jika salah satu dari kita aja udah nggak mau mempertahankan hubungan, lalu untuk apa berlanjut? Nihil yang ada...
Hmm.. Ada banyak perempuan yang sempurna dan layak menjadi pendamping kamu. Tapi bukan saya yang penuh dengan kekurangan ini. Saya mah cuma bisa mendoakan kebahagiaan kamu... :)
Selamat tinggal, A...
Terima kasih untuk waktumu selama 4 bulan ini.. :)

Sabtu, 29 Juni 2013

Just Say Sorry


Beberapa hari yang lalu kita bertengkar. Aahh, lebih tepatnya aku yang mencari perkara. Aku marah karena tersinggung dengan ucapanmu, hanya itu permasalahannya. Ditambah kamu yang gak cepet-cepet ngerespon marahku, alhasil pikiranku kemana-mana. Hhh.. selalu seperti itu. Aku yang salah. Aku marah pada diriku sendiri, yang tidak bisa mengendalikan emosi dan perasaan. Marah sekali. Sampai akhirnya pikiranku kembali tenang, dan ternyata kamu ngajak putus. Oh nooooo...
Nggak mau lagi deh aku kehilangan kamu. Aku yang salah, aku pantas mendapat peringatan seperti itu dari kamu. Tapi aku paling gak betah dengan diam kamu. Beneran deh, aku paling gak betah kalo didiemin. Hhhh... 

Haduh, haduh, haduh..
Sudah tau kamu sibuk, bingung, banyak masalah, aku masih nambahin masalah kamu. Egois banget kan aku. Maaf, sampai sekarang aku masih belum bisa menahan emosi dan memahami kamu. Mungkin karena pengaruh jarak dan komunikasi, maaf...
Sekarang, entah sudah berapa hari kita diem, aku tetap memberimu kabar via FB. Karena nggak pengen ganggu kamu dengan bunyi hape. Aku juga gak tau apa kamu masih marah ma aku ato nggak, yang jelas aku nolak kita putus ataupun break. 
Harusnya aku tau apa konsekuensi kembali memiliki kamu, tapi ternyata aku masih saja  tidak bisa memahami kamu, maaf...
Ya sudah, sekarang semoag saya benar-benar jera dengan kesalahan saya satu ini. Semoga saja kita menjadi lebih baik. Aamiin..
Love you, A..
:)

Sabtu, 08 Juni 2013

Dari Dulu Sampai Tak Terhingga

Dia berjalan di sampingku, mengikuti lebar langkahku walau sebenarnya kakinya bisa saja lebih lebar melangkah. Dia menanyakan pertanyaan-pertanyaan ringan seputar kedatanganku ke kota itu. Dia tersenyum dan tertawa setiap kali aku mengeluhkan sikap seseorang yang merupakan teman sekamarnya. Entah apa yang lucu menurut dia, padahal aku benar-benar kesal. Dia sangat baik dan hangat, sebut saja dia "F". Tapi tak lama kemudian dia menghilang sama seperti masa laluku yang juga hilang entah kemana. Ingin hati mencarinya, namun keterbatasan informasi membuat semuanya gelap.
Hingga suatu hari, dia muncul dalam jejaring sosial, membuatku hampir saja berteriak bahagia di balik batas komputer umum (saat itu modem masih belum tercipta kali yaaa, hehehe...). Yang membuatku hampir saja pingsan di tempat adalah saat dia meminta nomor hapeku. Serius, aku seneng banget, karena memang itu yang aku mau, meninggalkan jejak, hehehe.... Jadilah kami saling mengirim pesan singkat. Hampir setiap hari, selalu ada perhatian kecil darinya yang membuat aku merasa 'hidup' kembali.
Di lain cerita, salah seorang temanku meminta tolong untuk mengenalkan dia dengan seorang laki-laki, ceritanya aku diminta jadi agen mak comblang buat dia. Tiba-tiba saja aku teringat "F", aku pikir mereka bisa saja saling mengenal dan mungkin saling menyukai kepribadian masing-masing (tapi jujur saja, saat itu sebenarnya aku yang berharap dapat mendekati "F" ^.^). Baru saja aku aku mengutarakan niatku, "F" membuatku hampir berteriak bahagia di dalam kamar kos. Pasalnya, "F" mengirim pesan singkat, "Kenapa nggak dengan pean aja?" ketika aku bertanya, "Mau ya kenalan dengan temenku? Dia cari pacar. Siapa tau aja kalian cocok."
Eeeee... gilaaaaa.. semua berawal dari situ, jadilah percakapanku dengan "F" semakin meruncing dan semakin ke arah yang aku mau (^.^)
Singkat cerita, jadilah aku dan "F" menyandang status "berpacaran" (senengnyaaaaa setelah sekian lama menjadi penggemar dia >.<)
Sekarang, sudah menjadi tahun kedua sejak kejadian itu, tahun kedua aku mengenalnya, tahun kedua aku melewati banyak pertengkaran dengan dia. Tak mudah menyamakan prinsip dan perbedaan sifat kami. Ada saja pertengkaran yang terjadi. Aku, dengan sifatku yang super manja, menuntut dia untuk selalu perhatian padaku walaupun aku tahu dia sangat sibuk. Bayangkan, betapa egonya aku. 
Curiga dan jenuh adalah sifat alami, sering kali aku meminta untuk sudahi saja hubunganku dengannya. Pernah kami berpisah, dan aku sangat menyesal. Hingga akhirnya aku dan dia kembali menyandang status "berpacaran", yang pastinya tidak lagi akan aku sia-siakan. Memahami dia memang tidak mudah, tapi seiring berjalannya waktu, semoga saja hati ini akan tetap memiliki rasa yang sama padanya. Rasa berdebar seperti kali pertama merasakan kehangatannya. :)
Love you, "F"
note : "F" itu ya pacar saya, Fiqi... (^.^)
- MM -

Senin, 27 Mei 2013

- EntahLah -


Bagaimana jadinya jika kita tanpa komunikasi..??
Entahlah, itu yang sedang aku pelajari. Aku berusaha semampuku memberikan kesibukan untuk setiap hariku, hanya untuk memalingkan wajah sejenak dari sebuah kerinduan yang kian menimbun. 

Aku marah? Iya. Itu pasti. Namun sekali lagi aku katakan bahwa aku tak ingin membuatmu merasa terikat dengan egoku. Ya, aku tahu dan sangat tahu dengan kesibukanmu yang luar biasa di sana, aku paham dan sangat paham dengan kecanduanmu akan kegiatan di sana. Tidak, aku tidak menyalahkan itu semua karena aku tahu itulah yang kamu inginkan, itulah tentang masa depan yang ingin kau perjuangkan. 
Aku hanya bisa menunggu dan diam, sesekali sesenggukan seorang diri tak ingin orang lain tahu tentang kerinduan yang mendalam ini. Betapa aku sangat ingin bertemu denganmu, meluangkan waktu untuk melihat tawamu, mendengar setiap kata yang keluar dari mulutmu dan menyaksikan setiap gerakmu. Sungguh aku hanya bisa terdiam menanti balasan pesan singkat darimu yang sering tak terbalas. 
Apakah kamu di sana juga merasakan apa yang aku rasakan? Entahlah, kamu terlalu sibuk dengan duniamu sendiri.

Sering aku ingin sekedar mengirim pesan singkat, "Sayang, aku kangen."
Yang (aku harap) akan kamu balas dengan kalimat, "Iya, sayang... Aku juga kangen... Sabar ya, sayang... Sekarang masih belum bisa ketemu..."
Hhhh...

Bukan, bukan aku tidak menerima kamu apa adanya. Aku sangat menerima kamu, apapun keadaan kamu. Aku hanya ingin sekali-kali merasa tersanjung dengan rayuanmu, layaknya sepasang kekasih yang lain. Namun aku sangat bersyukur telah memilikimu meski aku sadar kamu bukanlah seseorang yang pandai merangkai kata manis hanya untuk membuatku melayang.
Cukup dengan ucapan selamat malam darimu saja itu membuatku melayang, "Sayang tidur aja. Met malem, moga mimpi indah ya, sayang..."
Kasih, adakah kamu tahu hati ini tidak akan pernah rela melepaskanmu lagi. Namun aku ketakutan, aku takut justru kamu lah yang akan melepaskan aku. Jika itu keadaannya, bagaimana mungkin aku bisa mengekangmu? Aku tidak ingin membuatmu tersiksa hanya karena keinginanku memilikimu. 

Kasih, tahukah kamu bahwa aku ingin sedikit saja menempati posisi penting di hatimu. Ingatkah kamu dulu aku pernah berkata, "Aku tahu, kalo sayang disuruh pilih antara aku, organisasi, dan sahabat, aku gak akan pernah sayang pilih. Iya kan?"
Itu mendapatkan penguatan darimu, "Iya, aku pilih organisasi dan sahabat."

Hancur seketika hati ini, ternyata aku tidak menempati sedikit saja singgasana di hatimu. Sungguh, aku sakit. Apakah saat ini pun posisiku masih tidak penting bagimu? Lalu untuk apa semua hubungan ini?
Kasih, entah mengapa hati ini ingin sekali memahamimu, menuruti keinginanmu meski itu sakit untukku. Hanya Tuhan yang tahu jawabannya. 
Kasih, terima kasih untuk semua hal yang mungkin telah kau perjuangkan untuk kita. 
Biarkan saja rindu ini menumpuk tak menentu, biarkan waktu yang akan menggilasnya. Sementara hati ini akan terus meminta pada Tuhan tentang masa depanmu yang cerah, aamiin... :)
- MM -

Jumat, 17 Mei 2013

To : ^ My Sun ^ (>.<) Part 6


Kisah kita sempat terhenti, lama dan membuat hati ini berantakan. Memulai kembali kisah kita adalah pilihan, kurasakan hati ini masih berpijak padamu meski sempat melangkah di hati yang lain. Mengenal dan menerima masing-masing kekurangan tidaklah mudah kita lakukan, ada banyak kendala di sana. Dengan kedewasaanmu, keraguan dalam hati ini berhasil hancur, terima kasih...
Tak jarang ketika cemburu datang dan membakar keyakinanku padamu, ku meminta untuk sudahi saja kisah kita. Namun kamu bertahan, membuat segalanya tenang dan berusaha membuka mataku, meyakinkan aku, dan memberikan segumpal cinta yang kian membesar. Seakan sayangmu adalah amoeba yang tak mati hanya karena terbelah, justru berkembang biak. Amoeba tak terlihat. Amoeba yang menjalar di di setiap inci langkahku, terima kasih...
Ku sadari, aku adalah pencemburu kelas dunia. Masa lalu lah yang mencetakku seperti itu. Aku yang telah melihat banyak kebohongan, banyak hati yang terluka karenanya. Maafkan aku jika akhirnya kamu merasa tidak nyaman dengan ini semua. Namun kamu bertahan, menghadapi sikapku dengan anggun, aku suka, terima kasih...
Ku sadari, kamu adalah pecandu aktivitas yang tak kenal lelah. Tidak mustahil jika ada bidadari di luar sana yang menginginkanmu, memujamu, atau bahkan menyembahmu tanpa meminta imbalan. Kau menatap mataku, seakan tak peduli pada mereka walau kau tetap memberikan kehangatan layaknya matahari yang tak pernah memilih pada siapa sinarnya diberikan. Caramu memandangku, tempatku di hatimu, dan setiap usahamu meyakinkan aku telah menjadi jawaban atas keraguan yang ada, atas kecurigaanku pada mereka. Itu sangat berarti bagiku, terima kasih...
Kelak, aku berharap akan tetap seperti ini. Hati ini untukmu dan hatimu untukku. Semoga saja, aamiin... :)
- MM -
catatan ini dibuat pada 17 Mei 2013

To : ^ My Sun ^ (>.<) Part 5


Ada kalanya dunia semburat, bukan karena salah kita tapi karena Tuhan memiliki cara-Nya sendiri untuk membuka mata hati kita. Namun, saat mata hati terbuka, masih saja Tuhan memberi kelambu agar apa yang ada di baliknya tak terlihat dengan jelas. Bukan karena Tuhan mempermainkan kita, tapi Tuhan ingin kita lebih kuat dan sabar. Kelak, akan ada jawaban dari Tuhan atas doa yang kita inginkan, akan terbuka kelambu itu tepat di hadapan kita.Ketika fisik merasa lelah karena tuntutan kehidupan, serahkan pada Tuhan semua kekuatan yang kau miliki. Ketika hati merasa letih menjalani hari, katakan pada Tuhan, Dia akan menguatkanmu kembali. Karena tak ada yang tak mungkin bagi Tuhan. Tak ada yang tak bisa Tuhan kendalikan.Kasih, adakah harapmu ingin menjalin kisah selamanya denganku?Karena aku selalu ada untukmu...Kasih, ini bukan sekedar puisi...Bukan pula sekedar omong kosong...

Keindahan di balik kelambu yang Tuhan sembunyikan dari mata kita adalah hal yang ingin aku lihat. Aku ingin membuka kelambu itu bersamamu. Merasakan sentuhan kasih Tuhan bersamamu. Menikmati wangi surga bersamamu. Adakah inginmu sama dengan inginku, Kasih? Love you...
- MM -
catatan ini dibuat pada 20 Maret 2012

To : ^ My Sun ^ (>.<) Part 4


Tuhan, aku harus bagaimana?
Tuhan, aku harus seperti apa?
Tuhan, aku bukan manusia tanpa hati...
Tuhan, aku bukan manusia tanpa rasa...

Kini aku pun menangis di sepinya maLam...
Hanya malam yang mampu mendengar tangisku...
Gelisah hati ini akan cinta yang mulai tumbuh...
Gelisah hati ini mengingat masa lalu yang tak ingin terulang...

Mungkinkah hubungan kita salah sejak awal?
Mungkinkah seharusnya kita tak begini?
Lalu mengapa takdir kembali memertemukan kita?
Bahkan kita memiliki rasa yang sama....

Sakit hati ini ketika tahu kau meragukan cinta ini...
Luka hati ini ketika mengira kau tak mencintaiku...

Aku hanya ingin setia...
Aku hanya ingin kamu yang terakhir...
Aku hanya ingin masa lalu itu tak terulang...

Kasih, entah apa yang tengah kau rasakan padaku...
Kasih, tidakkah kau ingin aku selalu di sampingmu?
Kasih, katakan apa yang ada dalam hatimu....
Kasih, tahukah kamu akan ketakutan yang aku rasakan?

Apakah rasa nyaman yang dulu pernah kau berikan telah hilang?
Apakah rasa kagum yang dulu pernah kau rasakan telah musnah?
Lalu aku harus bagaimana untuk membuatmu selalu ada padaku?
Lalu aku harus bagaimana untuk mengatakan bahwa aku tidak ingin kehilangan kamu?
Walau aku tak ingin mengikatmu, tak ingin mengekangmu...
Namun aku adalah perempuan yang butuh kepastian....
Akan waktu dan kenyataan...
Akan janji dan dan pernyataan...

Tuhan, aku serahkan ini pada-Mu...
Tuhan, aku berserah pada-Mu...

Amin...
- MM -
catatan ini dibuat pada 2 Februari 2012

To : ^ My Sun ^ (>.<) Part 3


tidak ada pasangan yang tidak ingin berkomunikasi dengan pasangannya...
tidak ada pasangan yang betah mendiamkan diri seLama berhari-hari pada pasangannya...
tidak ada pasangan yang menginginkan kehancuran daLam hubungannya...
tidak ada pasangan yang mereLakan pasangannya untuk orang Lain...

dan aku sayang kamu,
tapi apakah karena aku sayang kamu maka kamu memerLakukan aku seenaknya?
dan aku menginginkan kamu,
tapi apakah karena aku tak ingin kehiLanganmu, kamu menghiLang seenaknya?

tidak pernahkah sedikit saja kamu berpikir bagaimana perasaanku karena egomu?
tidak pernahkah sedikit saja kamu ingin tahu apa yang menjadi inginku?

aku ingin kamu mengikis sedikit egomu...
aku ingin kamu membuang sedikit pongahmu...

bagaimana bisa kamu betah daLam keadaan yang tidak wajar...
bagaimana bisa kamu bertahan dengan keadaan yang menyiksa orang Lain...

aku tidak pernah meLarang kamu untuk berteman dengan siapapun, aku hanya meminta padamu untuk menjaga kepercayaanku...
aku tidak pernah memaksamu untuk menghubungiku setiap waktu dan setiap saat, aku hanya meminta padamu untuk sedikit menghargai posisiku...
aku tidak pernah memintamu untuk menjadikan hubungan ini menjadi 'serius', aku hanya meminta padamu untuk sadar bahwa hubungan ini bukan hanya untukku....

sudah menjadi komitmen awaL kita untuk menyatukan perbedaan,
sudah menjadi keinginan kita untuk tidak mengatasi perbedaan dengan perpisahan,
tapi mengapa kini kamu diam?
tanpa aLasan yang jeLas...
membuatku berpikir negatif...

apakah aku sedemikian buruk hingga kamu tidak mau tahu kepribadianku?
apakah dia Lebih sempurna hingga kamu tidak meLirik keinginanku?
apakah kamu sedemikian egoisnya hingga tidak peduLi pada orang Lain?
apakah hanya padaku saja kau berLaku demikian?

kasih, aku ini manusia biasa...
yang memiLiki hati dan keterbatasan akaL...
kasih, aku ini manusia biasa...
yang begitu rapuh karena masa LaLu...
tidak kamu ingin menopangku?
karena aku menyandarkan kasih padamu....
tidakkah kamu ingin merangkuLku?
karena aku ingin peLukan cintamu...

bisakah kita bertahan, kasih?
ku harap bisa....
- MM -
catatan ini dibuat pada 24 Januari 2012

To : ^ My Sun ^ (>.<) Part 2


kamu adaLah matahariku

maka hangatkan aku dengan sinar kasihmu, bukan membakar aku dengan egomu....

terangi aku dengan cahaya cintamu, bukan redupkan aku dengan uLahmu....

kehadiranmu memiLiki makna tersendiri bagiku....

ceritamu memiLiki ruang tersendiri di hatiku....

aku bisa tanpamu seperti maLam tanpa matahari....

namun aku adaLah maLam yang buruk karena tanpa bintang....

karena bintang tak pantuLkan sinarmu....

jika aku siangmu, aku rindu teduhnya terikmu....

aku benci angkuhmu seolah tak mengenaL haus....

aku seLaLu menantimu seperti dunia yang seLaLu menanti matahari....

aku butuh kamu seperti semua umat yang membutuhkan matahari....

aku ingin menjadi bintang yang memancarkan sinarmu....

aku ingin menjadi dunia yang mendapat sinarmu....

aku ingin menjadi langit yang dekat denganmu....

namun waLau kamu adaLah matahariku,
ku tak ingin kau membagi sinar dan hangatmu pada dunia Lain....

cukupLah aku yang menjadi duniamu...

aku adaLah malam dan cinta ini adaLah bintang....
maka aku dan cinta membutuhkan kamu, matahariku....

ku katakan permintaanku ini....
karena kamu adaLah kekasihku, bukan musuhku....
- MM -
catatan ini dibuat pada 20 Januari 2012

To : ^ My Sun ^ (>.<) Part 1


Berharap kamu yang terakhir.. 

SaLing memahami dan beLajar dari kesaLahan yang LaLu.. 
Berharap kamu yang terbaik, kini dan seLamanya.. 
Tanpa ada kata perpisahan kecuaLi karena maut.. 
SaLing mengingatkan jika saLah, saLing mendukung untuk kebaikan, saLing meredam saat emosi.. 
Kaya-miskin, sehat-sakit, seLaLu menjaga setia.. 
Tak peduLi rambut memutih, kuLit mengerut, tuLang membungkuk, kita tetap saLing setia.. 
Ku harap kamu yang terakhir.. 
Mengisi sisa ruang kosong di hatiku.. 
Ku harap kamu pun memiLiki keinginan yang sama.. 
Ini ku tuLis di jumat suci, untuk kasih yang suci.. 
Untukmu, kekasihku.. 
- MM -
catatan ini dibuat pada 23 Desember 2011


Kamis, 16 Mei 2013

Bersyukur Memilikimu

Ada saja halangan dan rintangan yang harus kita hadapi. Salah satunya adalah karena komunikasi. Pada waktu tertentu, aku adalah tipe orang yang sangat tidak ingin diganggu dengan bunyi atau getar ponsel. Ada waktu dimana aku tidak ingin berinteraksi dengan dunia luar. Namun itu jarang sekali terjadi. Sisanya adalah biasa saja. Tidak sering dan tidak pula jarang untuk memegang atau menggunakan ponsel. Itulah sekilas tentang hubunganku dengan ponsel. 
Sementara kamu adalah orang dengan tipe sangat malas menggunakan ponsel dalam keadaan normal. Awalnya sulit menerima sifatmu satu ini, tapi semakin mengenalmu semakin aku merasa nyaman dengan sifatmu ini. Kuterima sifatmu ini dengan pertimbangan kita perlu fokus pada masing-masing aktivitas meski hubungan kita menuntut sebuah komunikasi yang intens. Perlu waktu yang lama untuk sadar bahwa sifat kita ternyata sama, hehehe...
Sering aku membuat kesalahan yang membakar emosimu, namun kamu benar-benar hebat, kamu mampu meredam amarahmu dan menungguku kehilangan bara amarah. Kamu bertahan dengan hati ini, membuat aku luluh dan tak ingin kehilangan kamu. Caramu memperlakukan aku membuatku tak berhenti bersyukur telah memiliki kamu. Maafkan aku yang begini. Semua hanya karena aku tidak ingin kembali mengulang kesalahan masa lalu. Walaupun aku tau, ini sebenarnya tidak adil untukmu. Seharusnya masa laluku adalah konsekuensiku, namun bukan berarti kamu yang kena dampaknya. Maafkan aku yang begini.
Sayang, hati ini sepenuhnya adalah milikmu setelah Tuhan dan orang tuaku. Jangan kamu sepelekan hanya karena pilihanku adalah kamu. Tetaplah menjadi cinta yang setia padaku, tetaplah menjadi cinta yang membuatku nyaman. Jangan pernah berubah. Terima kasih untuk setiap bulir kesabaranmu menghadapi sifatku.
- MM -

LUAR BIASA
by : Kerispatih

Andai langit bertabur bintangMungkin kaulah kejoraSeterang hatimu yang luar biasaMungkin sudah kesekian kalinya ku beginiSetiap kali kubuatmu terlukaAku menangisMaafkan aku#Seharusnya kau tinggalkanlah aku sajaDan temukan sesuatu yang lebih baik dari iniNamun tak kau lakukan ituDi sini dan tetap di siniMenjalani bersamakuReff:Andai langit bertabur bintangMungkin kaulah kejoraSeterang hatimu yang luar biasaAndai cinta cuma sekali kudapatkan di dunia iniSampai mati takkan kulepaskan dirimuBack to #, ReffSeperti luar bisa hatimuBertahan untuk akuBertahan untuk aku..Andai langit bertabur bintangMungkin kaulah kejoraSeterang hatimu yang luar biasaAndai langit bertabur bintangMungkin kaulah kejoraSeterang hatimu yang luar biasa

Minggu, 12 Mei 2013

Memelukmu Dengan Indah


Inilah hati yang merindukan kedatanganmu. Jarak memang masih bisa ditempuh namun waktu tidak mengijinkan. Adakah hatimu berkata yang sama tentang rindu ini? 
Setiap hari, menunggu pesan singkat darimu adalah kegiatanku. Sengaja tidak lebih dulu menyapamu karena ku tak ingin membuatmu terganggu. Karena aku tidak tahu kapan jam bangun pagimu. Sekedar, "Selamat pagi, sayang... Aku berangkat ke kampus dulu ya.." Itu sudah sangat membuat aku bahagia. Yang kemudian akan aku balas, "Iya, selamat pagi juga, sayang... Oke, hati-hati di jalan ya.. Belajar yang rajin yaaa.. Semangat..:) "
Jika waktumu masih luang, pesan singkat itu akan berlanjut, namun jika waktumu sudah tidak memungkinkan lagi, maka cukup sampai di situ sapaan kita. Aku mengeluh? Dulu iya, sekarang tidak. Mengapa? Karena pintamu beberapa minggu yang lalu saat kita bertengkar, "Aku cuma minta sayang ngerti kesibukanku di sini."
Ya, maafkan aku yang terkadang terlalu sangat egois meminta kamu menghubungiku. Itu bukan semata-mata aku ingin tahu kabarmu tapi karena aku ingin dekat denganmu. Selanjutnya, setelah sapaan pagi kita, pesan singkatmu akan kembali tampil di layar ponselku pada sore hari menjelang senja dengan tulisan "Pesan Baru Dari 2 Ksatria". Dengan hati berbunga-bunga ku buka dan ku baca pesanmu. Selalu seperti itu, jantung berdebar seakan kita berada dalam keadaan masa pendekatan, seakan aku jatuh cinta padamu untuk kali pertama. Jika saat sore hari tidak ada pesan darimu, malam hari aku akan menunggu pesan darimu. Menunggumu hingga tertidur dengan ponsel dalam genggaman adalah hal yang biasa aku lakukan. Rasanya pesan darimu seperti kebutuhan pokok bagiku, seperti membutuhkan air ketika haus. 
Rindu ini kian hari kian menumpuk, seberapa besar kecurigaanku padamu terbayar lunas dengan kembali membaca pesan singkatmu, yang masih aku simpan, "Aku sudah pernah bilang kalo aku percaya sayang. Aku yakin dengan pilihanku. Terus sayang sendiri percaya nggak sama aku?" Pesan yang aku rasa adalah pesan kepastian untukku. Pesan yang menguatkan aku.
Kasih, mata ini ingin menatapmu, telinga ini ingin mendengarmu, kaki ini ingin mendekatimu, dan tangan ini ingin menggapaimu. Adakah waktu untuk kita lalui bersama tanpa berpikir tentang kewajiban masing-masing? 
Kasih, air mata ini mengalir saat ku tulis cerita ini. Ku tulis cerita tentang hatiku ini saat menunggu balasan pesan singkat darimu.
Kasih, ingin rasanya aku berada di sekitarmu, menjaga kesehatanmu, memberikan perhatian kecil tanpa menganggap bahwa kamu adalah seorang anak kecil yang patut dijaga. Namun sayang, aku tak sanggup karena jarak lagi-lagi menjadi musuh bebuyutan. Maafkan aku...
Jika hati ini tak lagi tahan membendung rindu, hanya sujud yang mampu ku lakukan. Berharap dengan sujud ku mampu memelukmu. Menuangkan kerinduan ini. 
Iramaku pada Tuhan untukmu adalah semoga kelak kamu memiliki penghidupan yang layak. Mampu membuat bangga keluarga, dan segala usaha yang tengah kamu lakoni mendapat rahmat-Nya. Akan ku temani perjalananmu, terjal akan kita lalui bersama. Ini aku di sampingmu. Melantunkan irama tulus pada Tuhan dan berupaya dengan kekuatanku untuk menopang kelelahanmu. 
- MM -


Rabu, 08 Mei 2013

Kecelakaan 8 Mei 2013


Aaaa...
Badanku sakit semua... Hiks... 

Gara-garanya kemarin kecelakaan, cium pantat mobil. Pundak kanan nggak bisa bergerak, kaki kanan besem-besem, leher juga sakit2 gak bisa noleh. Payah... 
Kemarin, berangkat ke Jember sengaja nggak beri kabar karena aku takut ganggu dan aku pikir kamu nggak butuh kabar... Pas kecelakaan sengaja aku gak beri kabar orang rumah karena ibu gampang panik, aku tidak mau ibu terserang jantung, hmmm... Dan ternyataaaa orang pertama yang justru aku beri kabar adalah kamu, hehehe... 
Aku kecelakaan...
Hanya itu yang bisa aku ketik, bingung dengan keadaan sepeda motor yang rusak dan badan yang kesakitan.  Saat itu aku sudah diamankan orang sekitar. Hujan pula setelah kecelakaan itu, jadilah sekalian aku ngiup.
Lho kapan? Dimana?
Dari pesan singkatmu sepertinya kamu khawatir dengan keadaanku. Aku tersenyum, ada kekuatan di sana. Aku merindukan khawatirmu. Belum sampai balasanku, kamu menghubungiku, tak segera aku angkat karena aku berpikir kamu mencari sinyal yang sempat terputus sehingga balasanku gak sampe-sampe.
ternyata kamu kembali menelepon, aku angkat, sebentar kamu menanyakan keadaan dan kronologinya. Suaramu tergesa-gesa, ada kekhawatiran di sana yang aku dengar, aku berusaha untuk meredam khawatirmu. Belum selesai aku mengisi ulang kekuatanku dengan mendengar suaramu, sambungan terputus. Tak lama kemudian pesan singkatmu masuk, Aku kehabisan pulsa, yank...
Cukup, aku merasa cukup dengan sebentar saja mendengar suaramu. Terima kasih atas khawatirmu, maaf membuat kamu kehabisan pulsa, hehehe...
Ya, ndak papa... Ini aku sudah mau pulang...
dan balasanmu benar-benar menguatkan aku, Hati-hati di jalannya, yank, pelan-pelan aja di jalannya... Yang penting nyampek rumah... Begitu pesan singkatmu, ku balas, Ya, yank...

Di tempat kejadian saat kecelakaan...
Mobil itu sudah mbuntuti aku dari Jember, awalnya aku nggak sadar, baru pas isi bensin di daerah Bondowoso, mobil itu juga ikut berhenti. Pikirku biar sajalah, lagipula dia gak ganggu perjalananku. Pas nyampe daerah Kelabang, ada angkutan berhenti mendadak, mobil yang mbuntuti sudah di depanku, dia ambil jalur kanan, aku di belakangnya ngikuti, mumpung dibukakan jalan pikirku. Jarakku dengan dia dekat, sampe dia ngerem mendadak, aku ndak sempat ngerem dan akhirnya BRUUUK... Aku jatuh, sepedaku ambruk nindih kakiku, tanganku pegang setir, nahan sepeda biar nggak jauh-jauh amat mencelatnya, dan di pundak ada bunyi 'duuuk..', Leptopku... (haduh, aku langsung kepikiran data skripsi >.< )
Masih tidur di jalan, aku sempat liat mobil itu terus jalan, tambah ngebut malah. Orang-orang sekitar berdatangan, memapah aku, membawakan sepedaku ke pinggir jalan.
Ada ibu-ibu setengah baya yang baik hati, bawain minum buat aku. Aku duduk di amperan warung, orang-orang ngerubungi, ada yang tanya alamatku, ada yang tanya nomor keluarga yang bisa dihubungi, semua hanya aku jawab, "Saya bisa pulang sendiri kok, asal sepedanya gak rusak. Jangan hubungi keluarga saya, saya takut mereka kaget, kasian..."
Orang-orang pada bengong, segera aku ingat leptop, periksa leptop saat itu juga, alhamdulillah ndak papa (^.^)
Ibu-ibu yang nolong nyeletuk, "Saya pikir cowok tadi, ternyata cewek" (-.-")
Aku hanya tersenyum mendengarnya. Orang-orang akhirnya bubar setelah cek sepedaku dan hujan mulai turun.

Hhhh...
Ada banyak hal yang bisa aku ambil dari kecelakaan ini. Semoga ini yang pertama dan terakhir kalinya saya cium-cium kendaraan di jalan, hehehe...
- MM -

Jumat, 03 Mei 2013

Dua Tahun Yang Lalu

Empat tahun yang lalu, hati ini jatuh dan terluka parah. Tak ada niatan untuk bangkit dan mencari kembali pegangan hidup. Rasa itu telah mati, dan kau hadir di tengah penantian panjang. Kehadiranmu di jejaring sosial, meminta untuk menjadi teman dalam lingkaranku. Kuterima dengan senyum terkembang. 
Percaya ataupun tidak, beberapa hari sebelum kamu muncul, aku teringat dengan sosokmu yang menemani langkahku saat kita menuju pemandian umum. Ingin hati mencari keberadaanmu apa daya informasi tentangmu tertutup rapat. Tuhan mendengar doaku dan akhirnya kau muncul di rotasiku. 
Kita saling memberi kabar, semakin hari semakin dekat dan akhirnya kita sepakat menjalin kisah. Itu terjadi pada dua tahun yang lalu. 
Aku beradaptasi dengan sifatmu, demikian dengan kamu. Cinta kita tidak berjalan dengan mulus. Ada saja hal yang menghalangi jalan kita. Keraguan hati ini masih teruji dan aku tak sanggup menerima keadaan. Kita berpisah. 
Singkat cerita, pernah kita berpisah hingga hampir satu tahun sejak hari perpisahan. Selama itu, hati ini benar-benar tidak menentu. Terkadang kamu hadir memberikan semangat yang aku cari, memberikan perhatian yang meluluhkan aku. Aku akui aku ingin kembali padamu.
Namun rupanya kau telah memiliki perempuan idaman. Aku tak suka, aku sakit, aku cemburu, dan aku benar-benar membencimu. Rasanya ingin menjauh dan tidak mengenalmu lagi. Hingga suatu hari, aku datang ke kota perantauanmu. Semula kita sepakat bertemu jika keadaan memungkinkan, namun ternyata tidak ada kesempatan untuk bersua. Padahal hati ini sangat ingin bertemu karena aku rasa rindu sudah berdiri di tepi jurang, tinggal menunggu jatuh. Semalam sebelum aku meninggalkan kotamu, kita sempat bercakap lewat bantuan teknologi. 
Kamu : Lagi ngapain sekarang?
Aku    : Nonton piLem sama Liat tipi.. pean?
Kamu : Nonton tipi juga, hehe..
Aku    : Nonton apa sekarang..??
Kamu : [Sebut salah satu acara audisi], hehehe...
Aku    :OwaLah, senengan'e kok yo nyanyi toh mas iki.. >.<
Kamu : Hehehe... Pean ndak pengen nyanyi di hatiku..?? Hehehe..
Aku    : Gak mau... kaLo aku nyanyi di sana ntar ditendang pacar pean, hmm..
Kamu : Kan ada ruang Lainnya... hehehe..
Aku    : Aku gak mau nyanyi di tempat yang banyak ruangannya... hmm...
Tidak ada balasan setelah itu, ternyata kamu menghubungiku. Mendengar suaramu adalah kedamaian bagiku. Meski saat itu aku lelah fisik karena sehari penuh telah berkeliling kotamu bersama kawanku, namun aku tetap mengangkat teleponmu, dari sanalah semuanya terbongkar.
Kau katakan sejujurnya bahwa tidak ada bidadari lain yang menempati singgasana di hatimu. Aku terbang melayang, bahagia antara percaya dan tidak. Selanjutnya, semua mengalir dengan canda dan tawa yang tertahan karena kawanku telah berada di alam mimpi. 
Tak lama setelah kepulanganku, kita pun kembali merajut kisah. Saat itu tanggal 27 Maret 2013. Akan menjadi tanggal abadi kita. Tak akan ada lagi perpisahan. Aku yakini itu.
Aamiin...
- MM -