Inilah hati yang merindukan kedatanganmu. Jarak memang masih bisa ditempuh namun waktu tidak mengijinkan. Adakah hatimu berkata yang sama tentang rindu ini?
Setiap hari, menunggu pesan singkat darimu adalah kegiatanku. Sengaja tidak lebih dulu menyapamu karena ku tak ingin membuatmu terganggu. Karena aku tidak tahu kapan jam bangun pagimu. Sekedar, "Selamat pagi, sayang... Aku berangkat ke kampus dulu ya.." Itu sudah sangat membuat aku bahagia. Yang kemudian akan aku balas, "Iya, selamat pagi juga, sayang... Oke, hati-hati di jalan ya.. Belajar yang rajin yaaa.. Semangat..:) "
Jika waktumu masih luang, pesan singkat itu akan berlanjut, namun jika waktumu sudah tidak memungkinkan lagi, maka cukup sampai di situ sapaan kita. Aku mengeluh? Dulu iya, sekarang tidak. Mengapa? Karena pintamu beberapa minggu yang lalu saat kita bertengkar, "Aku cuma minta sayang ngerti kesibukanku di sini."
Ya, maafkan aku yang terkadang terlalu sangat egois meminta kamu menghubungiku. Itu bukan semata-mata aku ingin tahu kabarmu tapi karena aku ingin dekat denganmu. Selanjutnya, setelah sapaan pagi kita, pesan singkatmu akan kembali tampil di layar ponselku pada sore hari menjelang senja dengan tulisan "Pesan Baru Dari 2 Ksatria". Dengan hati berbunga-bunga ku buka dan ku baca pesanmu. Selalu seperti itu, jantung berdebar seakan kita berada dalam keadaan masa pendekatan, seakan aku jatuh cinta padamu untuk kali pertama. Jika saat sore hari tidak ada pesan darimu, malam hari aku akan menunggu pesan darimu. Menunggumu hingga tertidur dengan ponsel dalam genggaman adalah hal yang biasa aku lakukan. Rasanya pesan darimu seperti kebutuhan pokok bagiku, seperti membutuhkan air ketika haus.
Rindu ini kian hari kian menumpuk, seberapa besar kecurigaanku padamu terbayar lunas dengan kembali membaca pesan singkatmu, yang masih aku simpan, "Aku sudah pernah bilang kalo aku percaya sayang. Aku yakin dengan pilihanku. Terus sayang sendiri percaya nggak sama aku?" Pesan yang aku rasa adalah pesan kepastian untukku. Pesan yang menguatkan aku.
Kasih, mata ini ingin menatapmu, telinga ini ingin mendengarmu, kaki ini ingin mendekatimu, dan tangan ini ingin menggapaimu. Adakah waktu untuk kita lalui bersama tanpa berpikir tentang kewajiban masing-masing?
Kasih, air mata ini mengalir saat ku tulis cerita ini. Ku tulis cerita tentang hatiku ini saat menunggu balasan pesan singkat darimu.
Kasih, ingin rasanya aku berada di sekitarmu, menjaga kesehatanmu, memberikan perhatian kecil tanpa menganggap bahwa kamu adalah seorang anak kecil yang patut dijaga. Namun sayang, aku tak sanggup karena jarak lagi-lagi menjadi musuh bebuyutan. Maafkan aku...
Jika hati ini tak lagi tahan membendung rindu, hanya sujud yang mampu ku lakukan. Berharap dengan sujud ku mampu memelukmu. Menuangkan kerinduan ini.
Iramaku pada Tuhan untukmu adalah semoga kelak kamu memiliki penghidupan yang layak. Mampu membuat bangga keluarga, dan segala usaha yang tengah kamu lakoni mendapat rahmat-Nya. Akan ku temani perjalananmu, terjal akan kita lalui bersama. Ini aku di sampingmu. Melantunkan irama tulus pada Tuhan dan berupaya dengan kekuatanku untuk menopang kelelahanmu.
- MM -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar